Masa prakonsepsi adalah masa dimana sebelum terjadinya kehamilan,
yakni pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Pada masa ini calon
ayah dan calon ibu perlu menyiapkan diri agar pada masa kehamilan,
persalinan dan bayi yang akan lahir nantinya dalam keadaan sehat. Oleh
karena itu, persiapan pernikahan untuk melahirkan generasi kedepan yang
lebih baik seharusnya mulai dilakukan jauh sebelum masa ini.
Gizi yang cukup mendukung kelahiran bayi yang sehat dan menurunkan
risiko kesakitan pada bayi, menunjang fungsi optimal dari alat-alat
reproduksi dan meningkatkan produksi sel telur dan sperma yang
berkualitas. Gizi yang baik juga berperan sangat penting dalam proses
pembuahan dan kehamilan. Kecukupan gizi ibu hamil akan mempengaruhi
kondisi janin dalam tumbuh kembangnya selama kehamilan.
Kecukupan gizi pada masa kehamilan merupakan suatu siklus dimana
ketika ibu hamil mengalami kekurangan gizi maka akan menyebabkan janin
yang dikandungnya juga mengalami kekurangan gizi. Janin yang kekurangan
gizi dapat menyebabkan bayi lahir dengan kondisi BBLR (berat bayi lahir
rendah) yang lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit dan atau bayi
prematur. Bayi dengan kondisi kekurangan gizi apabila asupan gizinya
tidak diperbaiki akan tumbuh dan berkembang menjadi anak dan remaja yang
kekurangan gizi. Kondisi ini akan terus berlangsung sampai ia dewasa.
Siklus ini tidak akan berhenti apabila tidak ada perbaikan status gizi
pada masa prakonsepsi. Dampaknya akan menyebabkan ia menjadi calon ayah
atau calon ibu dengan status gizi yang kurang.
Kecukupan gizi tidak tergantung pada status ekonomi saja. Pengetahuan
dan kesadaran yang kurang tentang pentingnya makan makanan bergizi pada
masa prakonsepsi menjadi salah satu faktor penyebabnya. Pola makan yang
tidak teratur, konsumsi berlebihan terhadap satu atau beberapa jenis
makanan, junkfood dan diet berlebihan harus dapat diubah sebelum
terlambat.
Adapun nutrisi yang mempengaruhi gizi prakonsepsi adalah karbohidrat,
lemak, protein, asam folat, vitamin A, E dan B12, mineral zink, besi,
kalsium dan Omega-3. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc pada seminar
Premarital Nutrition: Preparation for Better Generation yang
diselenggarakan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
31 Oktober 2012, mengatakan bahwa bagi pasangan yang akan melangsungkan
pernikahan sebaiknya mulai mengubah pola makan enam (6) bulan sebelum
kehamilan. Hal ini dapat membantu memperbaiki tingkat kecukupan gizi
pasangan.
Untuk itu mulailah mengkonsumsi makan-makanan yang mengandung rendah
karbohidrat, karena kadar karbohidrat (High Glycemic Index) yang tinggi
akan membuat tubuh lebih cepat kenyang dan lebih cepat gemuk karena
kandungan karbohidrat diserap menjadi cadangan lemak. Lemak yang jahat
adalah Trans Fatty Acids (TPA), semakin tinggi TPA maka akan semakin
tinggi risiko orang untuk terkena penyakit diabetes, karena lemak yang
mengumpul di dalam tubuh akan mengganggu sistem produksi hormone insulin
di tubuh serta dapat merusak kualitas sperma pada laki-laki.
Protein sangat dibutuhkan oleh tubuh. Protein seperti telur, daging,
ikan dan tempe, karena protein baik untuk meningkatkan produksi sperma.
Konsumsi asam folat yang berasal dari sayuran hijau tua, jeruk, aplukat,
hati sapi dan kedelai, kandungan asam folat sangat berperan dalam pada
masa pembuahan dan pada masa kehamilan trimester pertama. Kecukupan
nutrisi asam folat dapat mengurangi risiko bayi lahir kecatatan sistem
saraf sebanyak 70%. Selain asam folat, kecukupan zat seng untuk calon
ibu sangat penting, karena zat seng membantu produksi materi genetic
ketika pembuahan terjadi, maka sebaiknya mulailah untuk mengkonsumsi
kerang, daging, telur, biji-bijian dan kacang-kacangan.
Kecukupan zat besi juga sangat penting bagi calon ibu, zat besi dapat
memperlancar ovulasi dan mengurangi risiko ibu hamil mengalami anemia
yang dapat membahayakan ibu dan kandungannya. Zat besi bisa diperoleh
dari hati, daging merah, kuning telur dan sayur-sayuran hijau.
Untuk calon ayah, kekurangan vitamin B12 dapat mempengaruhi jumlah
sperma. Selain itu, calon ayah juga sebaiknya mengkonsumsi vitamin E dan
A yang cukup. Kedua vitamin ini dapat diperoleh dari hati, sayuran dan
buah merah serta tauge. Kedua vitamin ini berguna untuk memperlancar
produksi sperma.
Mulailah rutin mengkonsumsi susu, baik susu sapi, kambing maupun
sumber nabati seperti susu kedelai. Ketiganya kaya akan kandungan
kalsium dan protein. Kekurangan kalsium dapat mengakibatkan janin
mengambil persediaan kalsium pada tulang ibu yang menyebabkan ibu
menderita kerapuhan tulang atau osteoporosis.
Penelitian pada Omega-3 menunjukkan bahwa terdapat dua jenis asam
lemak Omega-3 yang sangat bermanfaat, yaitu EPA (eicosapentaeonic acid)
dan DHA (docosahexaeonic acid). EPA mendukung jantung, sistem kekebalan
tubuh dan respon inflamasi. DHA menunjang fungsi otak, mata dan sistem
saraf pusat yang karena itu penting bagi ibu pada masa kehamilan.
Peningkatan konsumsi Omega-3 terbukti dapat mencegah bayi lahir prematur
dan dapat meningkatkan berat badan bayi saat dilahirkan.
Kecukupan gizi pada pasangan terutama pada calon ibu dapat menurunkan
risiko bayi lahir BBLR, prematur, tingkat inflamasi dan infeksi pada
bayi serta dapat memutus mata rantai masalah kekurangan gizi pada masa
kehamilan. Mulailah dari sekarang para calon ayah dan calon ibu untuk
memperbaiki kecukupan gizinya, sehingga bisa menciptakan keturunan atau
generasi yang lebih baik.
Referensi: Seminar Premarital Nutrition. Gizi Prakonsepsi: Investasi
Penting Sebelum Kehamilan. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc. FKM UI,
2012