Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan kunci penularan HIV/AIDS adalah pada pria berisiko tinggi (risti) seperti kelompok "mobile men with money" atau pria yang bekerja jauh dari rumah, sehingga sasaran sosialisasi akan ditujukan kepada kelompok tersebut.
"Kita ketahui ada sekitar 8 juta pria yang pindah dari tempat tinggalnya untuk mencari pekerjaan. Kita cari pendekatan yang paling cocok dengan kelompok ini, misalnya dengan menantang mereka ’kalau memang jantan, harus bertanggungjawab," papar Menkes dalam temu media mengenai situasi HIV/AIDS terbaru di Kementerian Kesehatan Jakarta, Selasa.
Dari empat target dan indikator Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) ke-6 mengenai HIV/AIDS tahun 2012 lalu, hanya satu indikator yang memenuhi target yaitu penurunan prevalensi HIV. Sedangkan indikator lainnya yaitu persentase penduduk berusia 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV, penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko dan persentase ODHA (orang dengan HIV/AIDS) yang mendapatkan perawatan ART (antiretroviral therapy) masih di bawah target.
Pencapaian indikator ketiga yaitu persentase penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi dinilai masih jauh dari harapan dimana data Survei Terpadu Biologi Perilaku (STBP) tahun 2011, penggunaan kondom baru mencapai 35 persen dari target tahun 2012 sebesar 45 persen dan masih jauh dari target tahun 2014 sebesar 65 persen.
Untuk mengatasi hal tersebut, Menkes mengatakan akan bekerjasama dengan lintas sektor untuk mengutamakan pendekatan dan melakukan sosialiasi kepada pria berpotensi risiko tinggi atau kelompok "mobile men with money".
Para pria yang antara lain bekerja di tempat terpencil seperti perkebunan maupun pertambangan itu diindikasikan merupakan pengunjung tetap lokalisasi sehingga penyebaran HIV/AIDS diperkirakan tinggi di kalangan pria tersebut.
Selain itu, sosialisasi juga diarahkan agar para pelaku seks berisiko tinggi itu dapat membeli sendiri kondom mereka karena berdasarkan pengalaman, pembagian kondom gratis tidak terlalu efektif dibandingkan jika harus membeli sendiri.
"Jadi kunci utamanya di laki-laki, kita promosikan sebagai pria bertanggungjawab, harus menggunakan kondom untuk perilaku seks berisiko," ujar Nafsiah.
Perkembangan distribusi kondom pada tahun 2011 lalu mencapai 194,2 juta dengan rincian 20,3 juta diantaranya didistribusikan melalui program keluarga berencana BKKBN, 15 juta kondom didistribusikan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) dan 158,5 juta kondom adalah melalui penjualan komersial. (kompas)
"Kita ketahui ada sekitar 8 juta pria yang pindah dari tempat tinggalnya untuk mencari pekerjaan. Kita cari pendekatan yang paling cocok dengan kelompok ini, misalnya dengan menantang mereka ’kalau memang jantan, harus bertanggungjawab," papar Menkes dalam temu media mengenai situasi HIV/AIDS terbaru di Kementerian Kesehatan Jakarta, Selasa.
Dari empat target dan indikator Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) ke-6 mengenai HIV/AIDS tahun 2012 lalu, hanya satu indikator yang memenuhi target yaitu penurunan prevalensi HIV. Sedangkan indikator lainnya yaitu persentase penduduk berusia 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV, penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko dan persentase ODHA (orang dengan HIV/AIDS) yang mendapatkan perawatan ART (antiretroviral therapy) masih di bawah target.
Pencapaian indikator ketiga yaitu persentase penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi dinilai masih jauh dari harapan dimana data Survei Terpadu Biologi Perilaku (STBP) tahun 2011, penggunaan kondom baru mencapai 35 persen dari target tahun 2012 sebesar 45 persen dan masih jauh dari target tahun 2014 sebesar 65 persen.
Untuk mengatasi hal tersebut, Menkes mengatakan akan bekerjasama dengan lintas sektor untuk mengutamakan pendekatan dan melakukan sosialiasi kepada pria berpotensi risiko tinggi atau kelompok "mobile men with money".
Para pria yang antara lain bekerja di tempat terpencil seperti perkebunan maupun pertambangan itu diindikasikan merupakan pengunjung tetap lokalisasi sehingga penyebaran HIV/AIDS diperkirakan tinggi di kalangan pria tersebut.
Selain itu, sosialisasi juga diarahkan agar para pelaku seks berisiko tinggi itu dapat membeli sendiri kondom mereka karena berdasarkan pengalaman, pembagian kondom gratis tidak terlalu efektif dibandingkan jika harus membeli sendiri.
"Jadi kunci utamanya di laki-laki, kita promosikan sebagai pria bertanggungjawab, harus menggunakan kondom untuk perilaku seks berisiko," ujar Nafsiah.
Perkembangan distribusi kondom pada tahun 2011 lalu mencapai 194,2 juta dengan rincian 20,3 juta diantaranya didistribusikan melalui program keluarga berencana BKKBN, 15 juta kondom didistribusikan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) dan 158,5 juta kondom adalah melalui penjualan komersial. (kompas)