Kota Bandung menjadi salah satu kota di Indonesia dengan ancaman
ledakan penduduk tertinggi. Pengendalian penduduk pun menjadi sebuah
keniscayaan. Meski begitu, pengendalian penduduk saja rupanya tidak
cukup. Pengendalian sudah sejatinya diikuti dengan upaya meningkatnya
kesejahteraan keluarga.
Begitu Kata Deputi Advokasi, Penggerakkan, dan Informasi (Adpin)
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Abidinsyah
Siregar saat berbicara di hadapan warga Kota Kembang pada Selasa, 29
April 2014. Mantan salah satu direktur di Kementerian Kesehatan ini
menekankan bahwa pembangunan keluarga merukan tanggung jawab seluruh
anggota keluarga.
“Pada 1830 penduduk bumi masih 1 miliar. Sekarang 2014, berjalan 184
tahun, menjadi 7 miliar. Baru dua generasi. Saat ini penduduk Indonesia
kira-kira 250 juta jiwa. Setiap tahunnya bertambah 3,5 juta orang,” kata
Abidinsyah di halaman Kantor Kecamatan Astanaanyar Kota Bandung.
“Kalau sekarang di Kota Bandung sudah merasakan macet, besok tak
macet lagi. Besok-besok kendaraan tidak bisa berjalan sakingnya
banyaknya penduduk Kota Bandung. Perlu upaya pengendalian penduduk. Tapi
itu saja tidak cukup. Perlu mengajak masyarakat untuk bersama-sama
menjadikan anak-anak sehat, cerdas, dan kuat,” Abidin menambahkan.
Untuk mengendalikan kuantitas penduduk dan meningkatkan kesejahteraan
keluarga, sambung Abidinsyah, tidak ada cara lain selain seluruh
keluarga Indonesia peduli pada keluarga. Yakni, dengan menjadi peserta
program keluarga berencana (KB). Tanpa menafikan peran laki-laki,
Abidinsyah menilai peran kaum ibu dalam pembangunan keluarga sangat
besar. Bahkan, Abidinsyah menilai bahwa kekuatan terbesar ada di tangan
para ibu.
“Bukan berarti bapaknya tidak berperan, tetapi jangan menunggu.
Ibulah guru, gurunya bangsa, guru abadi bagi anak dan cucunya. Pada saat
bersamaan kita bersama-sama mendorong meningatkan keikutsertaan pria
dalam ber-KB. Memang, saat ini peran pria dalam ber-KB masih sangat
rendah. KB masih identik dengan perempuan,” kata Abidinsyah.
KB Pria Melempem
Di tempat yang sama, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana (BPPKB) Kota Bandung Siti Masnun menjelaskan adanya tiga
masalah yang menghambat pria menjadi peserta KB. Pertama, menyangkut
hambatan sosial, lingkungan, budaya, masyarakat, keluarga yang menilai
KB pria belum atau tidak penting. Kedua, kesadaran pria dan keluarga
dalam ber-KB masih rendah. Ketiga, rendahnya akses pelayanan KB pria.
“Peningkatan KB pria merupakan salah satu sasaran progam KB jangka
panjang di Kota Bandung. Walaupun vasektomi sederhana, peserta masih
sedikit dibanding tubektomi. Perbandingannya sekitar 1:8. Artinya, dari
delapan perempuan yang menjalani tubektomi, hanya satu pria yang
mengikuti vasektomi,” papar Siti.
Untuk diperoleh sikap positif, Siti melanjutkan, perlu diberikan
pengetahuan yanhg baik. Salah satu upaya adalah aksebilitas KB bagi kaum
pria. Siti berjanji bakal menggenjot sosialisasi dan promosi KB pria di
daerah yang kini dihuni sekitar 3 juta jiwa ini.
Di bagian lain, Siti menjelaskan masalah kependudukan bukan semata
tanggung jawab pemerintah. Masalah kependudukan merupakan masalah semua
masyarakat. Alasannya, jumlah penduduk besar memiliki dua mata pisau
sekaligus. Penduduk besar dan berkualitas menjadi modal pembangunan,
sementara penduduk besar tidak berkualitas justru menjadi beban berat
pembangunan.
“Program KB salah satu untuk upaya mensejahterakan keluarga. Program
KB merupakan program terpadu dalam pembangunan nasional yang bertujuan
pertumbuhan penduduk tumbuh seimbang,” tandas Siti.(NJP) (duaanak.com)