Lumrahkah
gadis kota melakukan seks pra nikah? Kabarnya, gadis-gadis tersebut
memang suka dengan seks. Akibatnya risiko PMS tertinggi diderita mereka.
Penemuan terbaru Dr Jan E. Paradise dari Boston University School of Medicine, Massachussetts, pada risetnya yang terbaru. Seperti yang diungkapkannya pada Reuters Health,
Paradise mengetahui kenyataan ini saat meneliti tentang bagaimana
mengedukasi para remaja yang aktif secara seksual untuk mengurangi
risiko tertular PMS (Penyakit Menular Seksual).
Bukan
tanpa alasan wanita doktor ini meneliti hal itu. Pasalnya, risiko PMS
paling tinggi ternyata diderita oleh generasi berusia 15-30 tahun.
Bersama rekan-rekan sekerja, Paradise membagikan kuesioner kepada 197
remaja berusia 14 tahun ke atas yang sedang mengunjungi klinik remaja di
daerah urban. Cewek-cewek itu ditanyai berbagai pertanyaan, termasuk di
antaranya kegiatan seksual mereka serta apa saja yang memotivasi mereka
untuk berhubungan intim. Hasil riset ini, lantas dipublikasikan di Journal of Adolescent Health.
Ada juga yang masih perawan
Yang melegakan, rupanya tak semua gadis remaja itu pernah melakukan hubungan intim. Empat puluh dari mereka mengatakan bahwa mereka masih 'tingting' alias perawan. Lalu, 25 orang lagi bilang bahwa mereka sebenarnya sudah tidak perawan, tapi sudah tiga bulan terakhir ini tidak melakukan hubungan intim. Tapi, mayoritas responden, atau 132 orang, terus terang mengungkapkan bahwa mereka adalah pelaku aktif seksual.
Yang melegakan, rupanya tak semua gadis remaja itu pernah melakukan hubungan intim. Empat puluh dari mereka mengatakan bahwa mereka masih 'tingting' alias perawan. Lalu, 25 orang lagi bilang bahwa mereka sebenarnya sudah tidak perawan, tapi sudah tiga bulan terakhir ini tidak melakukan hubungan intim. Tapi, mayoritas responden, atau 132 orang, terus terang mengungkapkan bahwa mereka adalah pelaku aktif seksual.
Seperti
yang telah disebutkan di atas, alasan para gadis belia itu untuk
berseks-ria adalah karena suka atau cinta pada pasangannya. Sementara
itu, sepertiga dari responden yang pernah melakukan hubungan seksual
mengaku bahwa mereka bersanggama karena menyukai seks itu sendiri.
Tapi,
apakah alasan mereka yang masih perawan atau sedang tidak aktif secara
seksual dalam menghindari hubungan intim? Sungguh tak dinyana, alasannya
ternyata didasari oleh kepercayaan pribadi mereka sendiri. Misalnya,
yang perawan dan bukan pelaku aktif seksual menyebutkan bahwa tiga
alasan utama mereka adalah 'bukan hal yang benar bagi saya sekarang'
(perawan=82%, bukan pelaku aktif=50%), 'menunggu sampai saya lebih
dewasa' (69% vs 8%), dan 'menunggu sampai saya menikah' (67% vs 38%).
Selain itu, 23% perawan dan 13% bukan pelaku aktif menyatakan bahwa 'hal
itu bertentangan dengan agama saya' sebagai alasan mereka tidak
melakukan hubungan intim.
Bandingkan
pernyataan itu dengan dua alasan terbesar teman-teman sebaya mereka
yang giat melakukan hubungan intim, yaitu 'Habis, saya suka/cinta dia,
sih' (86%) dan 'Habis, saya emang suka bersenggama'.
Paradise
sendiri mengharapkan, hasil penelitian ini akan memudahkan pengembangan
pendidikan seks bagi remaja - terutama dalam upaya mencegah PMS. Oleh
sebab itu, edukasi tentang 'penggunaan kondom' dan 'membatasi jumlah
pria yang menjadi pasangan seks' mutlak diperlukan.
"Usaha-usaha
untuk berbicara dengan mereka agar tahu waktu yang tepat untuk
berhubungan intim dan apa maknanya suatu hubungan yang serius serta
komit, mungkin bisa jadi strategi yang menolong," kata Paradise lagi.